Senin, 20 November 2017

MACAM – MACAM VARIASI DAN GAYA MENGAJAR

VARIASI DAN GAYA MENGAJAR
MACAM – MACAM VARIASI DAN GAYA MENGAJAR"

BAB I
PENDAHULUAN.
A.    Tema 
Variasi dan gaya mengajar
B.     Sub Tema
Macam – macam Variasi dan gaya mengajar
C.    Penting Dikaji
Membuat variasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam perilaku keterampilan mengajar. Yang dimaksud dalam hal ini, adalah menggunakan berbagai metode, gaya mengajar misalnya variasi dalam menggunakan sumberbahan pelajaran media pengajaran, variasi dalam bentuk interaksi antara guru dan murid. Dalam keterampilan mengadakan variasi mahasiswa dilatih menulis dipapan tulis.
Variasi dalam gaya mengajar ini, banyak berhubungan dengan sifat pribadi, seperti nada suara, atur lunak,keras, mimik muka, gerakan – gerakan langkah, maju mundur, kiri,kanan, mengarahkan perhatian murid. Variasi dalam menggunakan metode dan media. Hal ini sudah banyak dipelajari dalam mata kuliah lain.
Jika gaya mengajar, metodologi, sama saja digunakan selama satu semester, tentu akan membosankan murid. Namun biasanya guru tidak peduli dengan kebosanan murid tersebut. Hal inilah yang hendak diatasi dengan jalan mengadak variasi – variasi.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hakikat Variasi
Variasi adalah menggunakan berbagai metode, gaya mengajar misalnya variasi dalam menggunakan sumber bahan pelajaran media pengajaran, variasi dalam bentuk interaksi antara guru dan murid.[1]variasidalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan variasi motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.[2]Variasi dalam gaya mengajar ini, banyak berhubungan dengan sifat pribadi, seperti nada suara, atur lunak, keras mimik muka, gerakan – gerakan langkah, mundur, maju kiri kanan, mengarahkan perhatian siswa.[3]
Sejalan dengan kehidupan sehari- hari variasi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan menjadi sangat bosan, jika guru selalu mengajar dengan cara yang sama. Tidak jarang terjadi adanya siswa yang selalu hapal dengan gaya mengajar gurunya sehingga ia sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan oleh guru. Hal yang demikian sering dijadikan bahwa permainan yang disampaikan dengan berbagai kode. Tentu saja keadaan seperti ini tidak menunjang keefektifan kegiatan pembelajaran di kelas.[4]
B. Macam – macam variasi
Pada dasarnya, variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1.      Variasi dalam gaya mengajar.
Gaya mengajar seorang guru sering dikaitkan dengan kepribadian guru tersebut, sehingga sering terdengar diantara para siswa bahwa guru A selalu duduk ketika berbicara, guru B sering marah – marah, guru c suka bergurau , dan sebagainya. Variasi gaya mengajar sangat banyak yang dapat divariasikan oleh seorang guru. Secara garis besar, hal – hal yang berkaitan dengan gaya mengajar yang dapat divariasikan oleh seorang guru berkisar pada butir – butir berikut.
1) Variasi suara.
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lamah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat.[5]Suara guru yangmeninggi secara terus menerus akan membuat pendengar menjadi capai, demikian juga suara lemah secara terus menerus akan membuat pendengar megantuk atau perhatian terpecah. Oleh karena itu, guru memvariasikan suaranya dari:
a). Besar ke kecil,
b) Tinggi ke rendah,
c). Cepat ke lambat,
d). nada sedih ke nada gembira,
e). Memberi tekanan tertentu dengan suara lambat- lambat.
2). Pemusatan perhatian.
Dalam mengajar, guru sering menginginkan agar siswamemperhatikan butir – butir penting yang sedang disampaikan. Dalam hal ini dapat dilakukan guru dengan mengucapkan kata – kata tertentu secra khusus disertai isyarat atau gerakan seperlunya. Misalnya guru mengucapkan kata – kata:
 “ ini penting diingat”, sambil menulis istilah yang diingat.
3). Kesenyapan.
Kadang – kadang ketika guru sedang asyik menerangkan terkadang ada siswa yang berbicara sendiri mengantuk dan lain- lain. Untuk mengatasi itu guru bisa menerapkan “ kesenyapan”, yaitu diam sejenak sambil memandang kepada siswa – siswa yang sedang sibuk sendiri. Kesenyapan dapat pula dimunculkan ketika guru mengajukan pertanyaan dengan tujuan memberi waktu berpikir kepada siswa. Setelah diam beberapa saat, barulah guru menunjuk siswa yang akan diminta menjawab pertanyaan tersebut.
4). Mengadakan kontak pandang.
Kontak pandang dengan seluruh siswa merupakan salah satu senjata ampuh bagi guru dalam mengajar. “ sapalah semua siswa dengan pandanganmu”, adalah sebuah ungkapan kuno yang masih menununjukkan keampuhannya. Memandang seluruh siswa ketika mulai berbicara dan kemudian memdang siswa tertentu dengan tujuan mengecek pemahamannya atau memberi perhatian khusus, mencerminkan keakraban hubungan antara guru dan siswa dalam mengajar.[6]Untuk itu, pandanglah peserta didik secara merata tapi jangan berlebihan, dan gunanya pandangan mata seoarang guru adalah untuk menarik dan minat belajar peserta didik.[7]
5). Gerakan badan dan mimik.
Mimik dan gerakan badan merupakan alat komunikasi yang efektif. Variasi mimik dan gerakan badan yang dilakukan secra tepat dapat mengkomunikasikan pesan secara lebih efektif dibandingkan dengan bahasa yang bertele – tele. Mimik dan gerak badab yang dapat divariasikan antara lain:
a). Ekspresi wajah: tersenyum, mengerutkan kening, mengangkat alis, cemberut, tertawa.
b). Gerakan kepala: menggeleng, mengangguk, mengangkat kepala menunduk.
c). Gerakan tangan : mengangkat tangan, mengacungkan jempol, bertepuk tangan.
d). Gerakan bahu: mengangkat bahu.
e). Gerakan badan secara keseluruhan: berdiri kaku, bersikap santai, gerak mendekati atau menjauhi.
6). Perpindahan posisi.
Posisi guru ketika mengajar di dalam kelas juga berpengaruh kepada kegairahan siswa belajar. Sebagai seorang guru dalam mengajar jangan terpaku dalam satu tempat. Guru dapat memvariasisasikan posisinya secara wajar, misalnya berdiri di depan kelas, pindah ke samping atau ke tengah, ke belakang, atau duduk sebentar.
2.      variasi Media dan Materi pembelajaran.
Alat dan media pengajaran merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan pembelajaran. Konsep yang sukar dan membosankan untuk disimak menjadi menarik jika disajikan dengan menggunakan media dan alat yang cepat.[8]proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Yang menjadi masalah adalah bagaimana agar proses komunikasi itu berjalan dengan efektif agar pesan yang ingindisampaikan dapat diterima dengan seutuhnya.[9]Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki peserta didik dapat dikurangi. Ada berbagai komponen dalam variasi penggunaan media pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
1). Variasi media pandang ( visual Aids).
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajar khusus untuk komunikasi seperti, buku, majalah, globe, peta, film strik, TV, radip, dan lain – lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat – alat tersebut akan memiliki keuntungan antara lain:
a). Membantu secara konkret konsep berpikir dan mengurangi respons yang kurang bermanfaat.
b). Menarik peserta didik pada tingkat yang tinggi.
c). Membuat hasil belajar lebih permanen.
d). Menyajikan pengalaman riil yang akan mendorong kegiatan mandiri peserta didik.
e). Mengembangkan cara berpikir berkesinambunagan seperti halnya film.
f). Memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh media yang lain.
g). Menambah frekuensi kerja lebih dalam dan belajar lebih bervariasi.[10]
2). Variasi media dengar.
Media audio adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Yang termasuk jenis media ini antara lain: rekaman, radio, dan labolatorium bahasa. Pada umunya dalam peroses interasi edukatif di kelas seorang guru adalah alat pertama dalam komunikasi.[11]Variasi dalam penggunaan media dengar memerlukan kombinas dengan media visual dengan audio visual.
 3). Variasi media dengar dan pandang.
Penggunaan media dengar dan pandang melibatkan indra pendengaran dan indra penglihatan. Media yang termasuk jenis ini antara lain: film,  televisi, radio, sled projector dan lain-lain.
4). Variasi media yang dapat di raba, dimanipulasi dan di gerakkan (motorik)
            Media yang dapat diklasifikasikan kedalam tipe ini meliputi peragaan yang dipresentasikan oleh guru atau peserta didik, model specimen, patung, topeng dan boneka. Pendek kata media ini dapat digunakan oleh peserta didik untuk membantu pencapaian pembelajaran.penggunaan alat ini secara tepat akan dapat menumbuhkan dan memelihara minat siswa dalam belajar agar kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih efektif. Kesempatan memanipulasi alat bantu pelajaran sangat langka terjadi, padahal kesempatan tersebut memberi variasi yang sangat bermakna bagi siswa.
3.      variasi interaksi
            Pola interaksi dapa digambarkan sebagai berikut:
a). Pola guru  peserta didik : komunikasi sebagai aksi satu arah.
b). Pola guru            peserta didik             guru: umpan balik bagi guru, tidak ada interaksi antar peserta didik.
c). Pola guru           peserta didik peserta didik: ada umpan balik bagi guru, peserta didik saling belajar satu sama lain.
d). pola guru       peserta didik, peserta didik          guru, peserta didik          peserta didik: interksi optimal antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik (komunikasi sebagai transaksi dan multiara).
e). Pola melingkar: setiap peserta didik mendapatkan giliran untuk mengemukakan jawaban.

C. Pengertian gaya mengajar.
Gaya mengajar dapat diartikan sebagai dimensi atau kepribadian luas yang mencakup posisi guru, pola perilaku, modus kinerja, serta sikap terhadap diri sendiri dan orang lain. Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang kurikuler dapat ditunjukan ketika guru mengajar sesuai dengan tujuan dn sifat mata pelajaran tersebut. Sementara itu, gaya mengajar yang bersifat psikologis dapat diamati ketika guru mengajar sesuai dengan motivasi peserta didik, pengelolaan kelas, dan evaluasi hasil belajar.
D. Macam – macam gaya mengajar.
1.      Gaya mengajar klasik.
Dalam pembelajaran klasik, peran guru sangat dominan karena merupakan satu – satunya pihak dalam penyampaian materi pembelajaran. Dengan kata lain, peserta didik lebih cenderung bersikap pasif dalam proses pembelajaran sehingga akan mengahambat kemajuan peserta didik. Adapun ciri – ciri gaya mengajar klasik dapat disebutkan sebagai berikut:
a)      Materi pembelajaran berupa sejumlah informasi dan ide yang sudah populer dan diketahui peserta didik, bersifat objektif, jelas, sistematis, dan logis.
b)      Proses penyampaian materi mengandung nilai – nilai lama dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya yang bersifat memelihara, tidak didasarkan pada minat peserta didik, hanya didasarkan pada minat peserta didik, hanya didasarkan pada urutan tertentu.
c)      Peran peserta didim pasif, hanya diberi pelajaran untuk didengarkan.
d)     Guru berperan sangat dominan, hanya menympaikan materi pembelajaran, otoriter, tetapi benar – benar menguasai materi yang diajarkan.
2.      Gaya mengajar teknologis.
Guru mengajar teknologis ini mensyaratkan guru untuk berpegang pada media yang tersedia. Guru mengajar dengan memperhatikan kesiapan peserta didik dan selalu memberi rangsangan kepada peserta didiknya untuk mampu menjawab persoalan. Dengan kebebasan peserta didik untuk memilih mata pelajaran dan diperkenankan menggunakan seperangkat media yang tersedia,hal ini bukan mengurangi peran guru, melainkan guru seharusnya memantau perkembangan belajar peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik dapat diperoleh secara maksimal. Gaya mengajar teknologis mempunyai karateristik sebagai berkut:
a)      Materi pembelajaran terperogram sedemikian rupa dalam perangkat lunak ( software) dan keras ( hardware) yang ditekankan pada kompetensi peserta didik secara individual, disusun oleh ahlinya masing – masing, terkait dengan data objektif dan ketrampilan peserta didik untuk menunjang kompetensinya.
b)      Materi pembelajaran disampaikan sesuai dengan tingkat kesiapan peserta didik dengan memberi stimulan pada peserta didik untuk dijawab.
c)      Peran peserta didik ialah mempelajari apa yang dapat emberi manfaat pada dirinya, belajar dengan menggunakan media secukupnya, dan merespon apa yang diajarkan kepadanya dengan bantuan media.
d)     Peran guru adalah sebagai pemandu ( pembimbing peserta didik dalam proses pembelajaran), pengarah ( memberi petunjuk kepada peserta didik dalam proses pembelajaran), dan fasilisator ( memberi kemudahan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.
3.      Gaya mengajar personalisasi.
Gaya mengajar ini, peserta didik dipandang sebagai seorang pribadi yang mempunyai potensi untuk dikemabangkan. Disinilah, guru inisiator selalu memposisikan dirinya sebagai mitra belajar peserta didik dengan memberikan bantuan atas perkembangan peserta didik dalam berbagai aspek. Adapun ciri – ciri gaya mengajar personalisasi adalah sebagai berikut:
a)      Materi pembelajaran disusun secara situasional sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
b)      Materi pembelajaran disampaikan sesuai dengan perkembangan mental, emosional dan kecerdasan peserta didik.
c)      Peserta didik berperan dominan dan dipandang sebagai suatu pribadi.
d)     Guru berperan untuk membantu perkembangan peserta didik melalui pengalaman belajar, fungsi sebagai psikolog, penguasaan metodologi pembelajaran, dan fungsi sebgai narasumber.
4.      Gaya mengajar interaksional.
Guru dalam pengajaran interaksional senantiasa mengedepankan pendekatan dialogi dengan peserta didik atau peserta didiknya sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Guru dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik lainnya saling ketegantungan. Hal ini mengindikasikan guru dan peserta didik sama – sama menjadi subjek pembelajaran, dan tidak ada yang dianggap sebagai yang paling baik atau sebaliknya paling buruk. Gaya mengajar interaksional mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:
a)      Materi pembelajaran berupa masalah – masalah situasional yang bersifat sisio – kultural dan kontemporer.
b)      Materi pembelajaran disampaikan dengan dua arah, yakni menggunakan pendekatan dialogis atau tanya jawab antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya.
c)      Peserta didik berperan dominan dalam mengmukakan pandangannya tentang realita, mendengarkan pendapat temannya, serta memodifikasi sebagai ide untuk mencari bentuk baru yang lebih tajam dan valid.
d)     Guru berperan dominan dalam menciptakan iklim belajar yang saling ketergantungan, dan bersama peserta didik memodifikasi berbagai ide atau pengetahuan untuk mencari bentuk baru yang lebih aktual dan terpercaya.[12]



BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan.
Variasi adalah menggunakan berbagai metode, gaya mengajar misalnya variasi dalam menggunakan sumber bahan pelajaran media pengajaran, variasi dalam bentuk interaksi antara guru dan murid.a). Variasi dalam mengajar ini meliputi: variasi suara, pemusatan perhatian, pemberian waktu, kontak pandang, gerakan anggota badan, perpindahan posisi. b). Variasi media dan materi pembelajaran meliputi: variasi media pandang, variasi media dengar, variasi media dengar dan pandang, variasi media yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan. c). Variasi interaksi. Macam – macam gaya menngajar meliputi gaya mengajar klasik, gaya mengajar teknologis, gaya mengajar personalisasi, gaya mengajar interaksional.







DAFTAR PUSTAKA.
Alma,Buchari .2010.guru profesional, ( jakarta: alfabeta).
Mulyasa, E. 2009 menjadi guru profesional, (Bandung: Rosda,)
Muslimi, khoerul,dkk..2015 Teknologi Pendidikan .( yogyakarta: Pustaka Pelajar) .
Alma,Buchari guru profesional, ( jakarta: alfabeta).
Mustakim,Zaenal.2017. Strategi dan Metode pembelajaran. 2017.( pekalongan: IAIN PRESS ).
sanjaya, Wina. 2010 strategi pembelajaran. ( jakarta: kencana prenada media group).
Winataputra,S,Udin.2004 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat penerbit universitas terbuka),






[1] Buchari Alma, guru profesional, ( jakarta: alfabeta, 2010) hal 43
[2]E.Mulyasa, menjadi guru profesional, (Bandung: Rosda,2009) hal 78
[3]Ibid.,hal 43
[4]Udin S. Winataputra,Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Pusat penerbit universitas terbuka,2004), hal 746.
[5]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode pembelajaran, ( pekalongan: IAIN PRESS ,2017), hal 230
[6]Ibid.,hal  748
[7]Ibid., hal 232
[8]Ibid.,hal 749 - 751
[9]Wina sanjaya, strategi pembelajaran, ( jakarta: kencana prenada media group,2010) , hal 41.
[10]Ibid., 234 - 235
[11]Maswan dan khoirul Muslimin, Teknologi Pendidikan ( yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015) hal 141.
[12]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, ( pekalongan : IAIN PRESS,2017), hal 235-242.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dengan bijak