EVALUASI DAN UMPAN BALIK
“Cara –Cara Evaluasi Dan Umpan Balik”
KATA PENGANTAR
Bismilallahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah ‘ala kulli haalin wa nikmatin, segala puji bagi Allah SWT dalam setiap keadaan dan setiap curahan nikmat yang tak terhingga. Semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan kepada baginda Rasulullah saw, keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia terhadap sunnahnya dan semoga didalamnya kita semua. Aamiin.
Saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Evaluasi dan Umpan balik” dan sub tema “cara – cara evaluasi dan umpan balik” dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Dalam pembuatan makalah ini, saya banyak mendapatkan hambatan dan tantangan namun dengan dukungan dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat diatasi.
Oleh karna itu, saya berterima kasih kepada teman-teman yang telah berpatisipasi dalam membuat makalah ini. Apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan, penyusunan, maupun isinya, maka kami dengan senang hati menerima saran dan kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi pembaca terutama bagi kami. Amin yaa rabbal’alamin
Pekalongan, 13 November 2017
Zulfa Kholisoh
BAB I
PENDAHULUAN
Tema : Evaluasi Dan Umpan Balik
Sub Tema : Cara cara evaluasi dan umpan balik
Mengapa penting dibahas?
Karena evaluasi dan umpan balik sangat penting bagi pendidik dalam proses belajar mengajar. Evaluasi atau penilaian yang sering digunakan oleh pendidik untuk seberapa jauh peserta didik dapat menguasai bahan pelajaran/ materi yang disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik. Dengan adanya evaluasi pendidik dapat mengtahui para peserta didik yang sudah dan yang belum menguasai bahan pelajaran, tepat atau tidaknya materi pelajaran yang disampaikan, dan metode yang digunakan. Selain itu pendidik juga harus tahu bagaimana cara/ teknik dalam evaluasi. Setelah pendidik mengevaluasi peserta didiknya selanjutnya yaitu pendidik melakukan umpan balik untuk memperbaiki balajar peserta didik dalam kondisi tertentu. Kalau hanya sekedar memberitahu atau menginformasikan hasil evaluasi, maka umpan balik tidak terlalu mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Sebaliknya, umpan balik baru bermanfaat apabila pendidik bersama peserta didik menelaah kembali jawaban –jawaban tes (umpan balik tes), baik yang dijawab benar maupun salah oleh peserta didik, dan diberikan kesempatan untuk memperbaiki jawaban yang salah tersebut.
Umpan balik juga penting bagi pendidik maupun bagi peserta didik. Umpan balik dalam kajian ini adalah pemberian informasi mengenai benar atau tidaknya jawaban peserta didik atas soal/ j pertanyaan yang diberikan, disertai dengan informasi tambahan berupa penjelasan letak kesalahan/ pemberian motivasi verbal/ tertulis. Melalui umpan balik, seorang peserta didik dapat mengetahui sejauh mana materi yang telah diajarkan.dengan kata lain, umpan balik dapat menjadi sarana koreksi terhadap kemajuan belajar peserta didik itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Menurut bahasa, kata Evaluasi barasal dari bahasa Inggris eavaluation yang artinya penilaian dari akar katanya value, yang artinya nilai. Evaluasi pembelajara dapat diatikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal- hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Menurut Komite Studi Nasional evaluasi adalah proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informassi yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan keputusan serta penyusunan program selanjutnya. Sementara Edwin Wandt & Geral W Brown (1977) dalam Sudjiono mengatakan bahwa “evaluation refer to the act or process to determining the value of something” bahwa evaluasi menunjuk pada kegiatan atau proses untuk menentukan nlai dari sesuatu.
Dari beberapa pengertia diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengukur dan manilai, mengukur lebih bersifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Evaluasi harus dilakukan dengan pertimbangan – pertimbangan yang arif dan bijaksana sesuai dengan hasil kemajuan belajar yang ditunjuk oleh peserta didik. Dengan demikian, evaluasi adalah suatu tindakan yang berdasarkan pertimbangan – pertimbangan yang arif dan bijaksana untuk menentukkan nilai sesuatu, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.[1]
B. Pengertian Umpan Balik
Umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada peserta didik untuk memperbaiki atau meningkatkan pncapaian/ hasil belajarnya. [2]
Alat ukur lainnya itu adalah pekerjaan rumah (PR) dan pertanyaan yang diajukan guru dalam kelas. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa umpan balik berkaitan erat dengan kegiatan belajar mengajar terdahulu yang dievaluasi dengan suatu alaat evaluasi. Hasil evaluasi ini memberikan informasi mengenai sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan dalam proses/ kegiata belajar mengajar.[3]
Umpan balik hanya dapat berfungsi memperbaiki belajar peserta didik dalam kondisi tertentu saja. Kalau hanya sekedar memberitahu atau menginformasikan hasil evaluasi, maka umpan balik tidaak terlalu mempengaruhi hasil belajar peserta didik, Sebaliknya, umpan balik baru bermanfaat apabila pendidik bersama peserta didik menelaah kembali jawaban –jawaban tes ( umpan balik ), baik yang dijawab benar maupun salah oleh peserta didik, dan diberikan kesempatan memperbaiki jawaban yang salah tersebut.[4]
C. Cara –cara Evaluasi
Secara garis besar teknik / cara evaluasi digunakan dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu: tenik tes dan teknik non tes.[5]
1. Teknik Tes
a. Pengertian Tes
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah,dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan reespon sesuai dengan petunjuk itu.
b. Macam –macam Tes
Ditinjau dari objek pengukurannya, sacara umum tes dibagi menjadi dua, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar (achievement test). Yang termasuk dalam jenis tes kepribadian dan banyak digunakan dalam pendidikan yaitu (1) pengukuran sikap, (2) pengukuran minat, (3) pengukuran bakat, dan (4) tes intelegensi.
c. Jenis Tes
Ditinjau dari fungsinya, tes dibagi atas 4 jenis yaitu:
1.) Tes penempatan (Placement Test)
Tes penempatan adalah tes untuk mengukur kemampuan yang dimiliki oleh anak didik. Kemampuantersebut dapat dipakai meramalkan kemampuan peserta didik pada masa mendatang sehingga pesreta didik dapat dibimbing, diarahkan, atau ditempatkan pada jurusan yang sesuai dengan kemampuandasarnya.
2.) Tes Formatif
Tes formatif adalah suatu bentuk pelaksanaan tes yang dilakukan selama berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran. Tujuan tes formatif ialah untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses pembelajaran. Tes ini dapat digunakan untuk memperbaiki dan penyempurnakannya.[6]
Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru maupun program itu sendiri.
Manfaat bagi siswa
a.) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.
b.) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan dengan yang diharapkan, maka siswa sudah menguasai bahan pelajaran.
c.) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah
melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan –kelemahannya.
d.) Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan atau konsep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagaimana dari bahan pelajaran yang masih drasakan sulit.
Manfaat bagi guru
Dengan telah mengetahui hasil tes formatif yang diadakan, maka guru:
a.) Mengetahui samapi sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru guru harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap menggunakan cara (strategi mengajar lama).
b.) Mengetahui bagian – bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa. Maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila bagian yang belum dikuasai tidak diulang, maka akan menganggu kelancaran pemberi bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak dapat menguasainya.
c.) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
Manfaat bagi program
a.) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat atau sesuai kecakapan anak.
b.) Apakah diperlukan alat, sarana dan prasana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
c.) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.[7]
3.) Tes Diagnostik
Tes diagnostic digunakan untuk mengetahui sabab kegagalan peserta didik dalam belajar. Dalam menyusun butir soal, gunakan item yang memiliki tingkat kesukaran rendah.
Disamping untuk mengetahui sebab kegagalan peserta didik dalam belajar, tes diagnostic dapat juga untuk kepentingan berikut:
a.) Diagnostik untuk kepentingan psikoterapi.
b.) Diagnostik untuk kepentingan bimbingan dan penyuluhan dalam belajar.
c.) Diagnostik untuk kepentingan seleksi.
d.) Diagnostik untuk keentingan pemilihan jabatan dan lapangan studi.
4.) Tes Sumatif
Tes sumatif adalah suatu bentuk pelaksanaan tes yang dilakkukan pada waktu berakhirnya suatu progam kegiatan pembelajaran. Tes ini disebut juga tes akhir semester atau evaluasi belajar tahap akhir. Tes ini biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir semeater. Tes ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik.[8]
Manfaat tes sumatif
Ada beberapa manfaat tes sumatif adalah:
a.) untuk menentukan sseorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. Dalam kepentingan ini tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
b.) Untuk mengisi catatn kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi:
(1.)Orang tua siswa
(2.)Pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
(3.)Pihak –pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan belajar.[9]
d. Bentuk tes
Ditinjau dari bentuknya, tes dibagi atas tes tertukis dan tes lisan, dan tes perbuatan.
1.) Tes tertulis (written test)
Tes terrulus adalah tes yang soal dan jawaban diberikan oleh peserta didik berupa bahasa tertukis. Kelebhannya adalah dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam jumlah yang besrm dalam tempay yang terpisah, dan dalam waktuyang sama. Disamping ada kelebiha, iuga ada kelemahan antara lain jika tidak menggunakan bahasa yang tegas dan lugas, hal ini dapat mengundangan pengertian ganda yang berakibaatkan kesalahn dalam pemasukan data dan dalam mengambil kesimpulan jawaban soal
Secara umum tes tertulis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a.) Tes Esai
Tes esai dapat digunakan untuk mengukur kegiatan –kegiatan belajar yang sulit diukur oleh tes obyektif. Tes esai memiliki kelebihan sebagai berikut:
(a.) Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.
(b.)Peserta didik tidak dapat menerka –nerka jawaban soal.
(c.) Tes ini cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan tes obyektif.
(d.)Derajat ketepatan dan kebenaran peserta didik dapat dilihar dari kalimat –kalimatnya.
Adapun kelemahan tes esai adalah sebagai berikut:
(a.) Sukar dinilai secara tepat.
(b.)Bahan yang diukur terlalu sedikit sehingga agak sulit untuk mengukur penguasaan peserta didik terhadap keseluruhan kerikulum.
(c.) Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
(d.)Membutuhkan waktu untuk memeriksa hasilnya.
b.) Tes Obyektif
Tes adalahntes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah.
2.) Tes lesan (Oral Test)
Tes lisan adalah tes soal dan jawabanya menggunakan bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan perintah yang di berikan.
Tes lisan memiliki kelebihan sebagai berikut.
(a.) Tidak perlu menyusun soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya.
(b.) Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan.
(c.) Jika peserta didik belum jelas dengan pertanyaan yang di ajukan. Dapat mengubah pertanyaan sehingga dapat di mengerti oleh peserta didik.
(d.) Dapat mengetahui secara langsung hasil tes.
Adapun kelemahan tes lisan adalah sebagai berikut.
(a.) Tes ini menyita waku yang cukup banyak.
(b.) Keadaan emosional peserta didik sangat di pengaruhi oleh kehadiran pribadi pendidik yang di hadapinya.
(c.) Kebebasan peserta didik untuk menjawab pertanyaan menjadi berkurang,sebab pendidik seringkali memotong jawaban sebelum pemikirannya dituangkan secara keseluruan.
(d.) Pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik sering tidak sama jumlah dan tingkat kesukarannya.
3.) Tes Perbuatan atau Tindakan (Performance Test)
Tes perbuatan atau tindakan ialah tes dimana jawaban yang dituntut dari peserta didik berupa tindakan dan tingkah laku konkrit.
Kelebihan
(a.) Sangat cocok untuk mengukur aspek psikomotorik.
(b.) Pendidik dapat mengetahui dengan jelas aplikasi dari teori yang telah disampaikan berupa tindakan atau perbuatan.
Kelemahan
(a.) Memutuhkan waktu yang lama.
(b.) Apabila perintah tidak jelas, perbuatan akan muncul tidak sesuai seperi yang diharapkan.
2. Teknik nontes
a.) Skala bertingkat (rating scale)
Rating scale tidak hanya untuk mengukur sikap tatapi dapat juga untuk mengukurpersepsi responden terhadap fenomena lingkungan. Dalam rating scale fenomena –fenomena yang mencatat data atau informasi, sikip, dan faham dalam hubungan kausal.[10]
b.) Kuesioner (questionire)
Kuesioner sering dikenal sebagai angket. Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang haud didisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahuitentang keadaan/ data diri, pengalamn, pengetahuan skap atau pendapatnya.
c.) Daftar cccok (check list)
Daftar cocok (check list) adalah deretan pertanyaan (yng biasanya singkat –singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubukhan tanda cocok yang sudah disediakan.
d.) Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkaan jawaaban dari responden dengan jalan Tanya jawab sepihak. Dikatakan. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan, pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.[11]
Tujuan wawancara ialah (a.) untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu, (b.) untuk melengkapi suatu penyelidikan tertentu, (c.) untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau oarng tertentu.[12]
e.) Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan sevara teliti serta pencatatan secara sistematis.[13]
Untuk bisa dilakukan secara langsung oleh observer (observasi langsung), bisa melalui perwakilan atau perantara, baik teknik maupun alat tertentu (observasi tidak langsung), dan nisa juga dilakukan observasi pertisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang teliti.[14]
D. Teknik Umpan Balik
Teknik umpan balik sebagai berikut:
1. Memancing Apersepsi Anak Didik
Latar belakang kehidupan sosial anak didik penting untuk diketahui oleh seorang guru. Dengan mengetahui dari mana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa anak . pengalaman apa yang telah dipunyai anak adalah hal yang sangat membantu untuk memancing perhatian anak. Anak biasanya senang membicarakan hal –hal yan menjadi kesenangannya. Dalam proses krgiatan belajar mengajar gueu dapat memanfaatkan hal –hal yang yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang disampaikan. Dengan cara terseebut anak mudah menyerap bahan yang bersentuhan dengan apersepsinya.
Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan –kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Pengetahuan guru mengenai aersepsi dapat memancing aktivitas belajar peserta didik secara optimal/
2. Memanfaatkan Taktik Alat Bantu yang Akseptabel
Bahan pelajaran yang kan disampaikan oleh guru itu bermacam –macam sifatnya, mulai dari yang mudah, sedang, sampai ke yang sukar. Setiap proses belajar mengajar berlangsung ada di antara anak didik yang kurang mampu memproses (mengolah) bahan pelajaran dengan baik, sehingga pengertian pun sukar ddapatkan. Intelegensi adalah factor lain yang menyebabkannya. Sukar dipahminya penjelasan guru juga menjadi factor penyebabnya.
Seorang guru yang kurang terbiasa berbicara dan kurang pandai memilih kata serta kalimat yang dapat mewakili isi pesan yang disampaikan dari stiap bahan elajaran akan mengalami kesulitan untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang paham atas bahan yang diajarkannya. Guru yang pandai bermain kata dan kalimat pun terkadang menemukan kesulitan untuk menanamkan pengertian atas bahan pelaaran yang diberikan kepada anak didik.day serap analk didik terhadap kalimat yang guru sampaikan relative kecil, karena anak didik hanya dapat menggunakan indra pendengarnya (audio), bukan penglihatannya (visual). Selain itu, juga karena penguasaan bahasa anak yang relative belum banyak.
Anak didik yang sukar menerima bahan pelajran yang disampaikan oleh guru,biasanya anak didik itu tidak memperhatikan pelajarannya tatapi malah melakukan kegiatan yang terlepas dari pelajaran. Guru dalam poses belajar mengajar sebaiknya memanfaatkan alat bantu untuk membantu memperjelas isi dari bahan pelajaran. Alat bantu yang cocok dapat mengkonkretkan maasalh yang rumit dan komplek menjadi seolah –olah sederhana. Dengan menghadirkan alat bantu dalam proses kegiatan belajar mengajar akan mempermudah anak didik dalam menangkap isi bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru.
3. Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat
Proses belajar mengajar adalah proses yang dengan sengaja diciptakan untuk kepentinagan anak didik. Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha menyediakan lingkungan balajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. Keinginan ini selalu ada pada setiap diri guru di mana pun dan kapan pun. Hanya saja, tidak semua keinginnan guru itu terkabul semuanya karena ada berbagai factor penyebanya.
Motivasi memang meupakan faktir yanf mempunyai arti penting bagi seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi ke seekolah tanpa motivasi belajar. Untuk bermain –main berlama –lama disekolah adalah bukan wktunya yang tepat. Untuk menganggu teman atau maambuat keributan adalah suatu perbuatan yang kurang terpuji bagi orang terpelajar seperti anak didik. Maka, anak didik datang ke sekolah bukan untuk untuk semua itu, tetapi untuk belajar demi masa depannya kelak di kemudian hari.
Ada sekompok anak didik yang mempunyai motivasi untuk belajar dan ada yang belum termotivasi untuk belajar. Maka seorang guru harus memilki laangkah – langkah yang dapat menimbulkan motivasi untuk belajar bagi anak didik. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat bergerak hatintya untuk belajar bersama –sama teman – temannya yang lain. Usaaha guru untuk membangkitkan gairah belajar anak didik, ada enam hal yang yang dikerjakan oleh guru, yaitu:
a.) Membangkitka dorongan kepada anak didik untuk belajar.
b.) Menjelaskan secara konkret kepada anak didik pa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
c.) Memberikan gnjaran terhadap pretasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat pretasi yang lebih baik di kemudian haru.
d.) Membentuk kebiasaan belajar yang baik
e.) Membantu kesulitan belajar anak didik secara indicidual maupun kelompok.
f.) Menggunakan metode yang bervariasi.
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna mempertahankan minat anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Bentuk –bentuk motivasi sebagai berikut:
1.) Member Angka
Angka dimaksud adalah sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik biasanya bervariasi sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru. Angka merupakan alat motivasi yang cukup member rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatnya prestasi belajar mereka. Angka biasanya terdapat dalam buku rapor sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum.
2.) Hadiah
Hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang kenangan. Hadiag diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari keinginan pemberi. Pemberian hadiah bisa diterapkan di sekolah. Guru dapat memberikan hadiah kepada anak didik yang berprestasi. Pemberian hadiah tidak mesti dilakukan padaa wwaktu kenaikan kelas. Tetapi dapat dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Dlam kegiatan belajar mengajar, guru dapat memberiak hadiah berupa apa saja kepada anak didik yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas, benar menjawab ulanagn foematif yang diberikan, dapat meningkatkan disiplindalam belajar, taat pada tat tertib sekoalh.
3.) Pujian
Pujian adalah alat motivasi yang positif. Setiap orang senang dipuji. Dalam kegiatan belajar mengajar, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Kaarena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Guru dapat memakai pujian untuk menyenangkan perasaan anak didik. Anak didik senang mendapat perhatian dari guru. Dengan pemberian perhatian, anak didik merasa diawasi dan dia tidak akan dapat berbuat sekehendak hatinya. Pujian dapat berfungsi untuk mengarahkan kegiatan anak didik pada hal – hal yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran,
4. Menggunakan Metode yang Bervariasi
Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali guru mengajar pasti menggunakan metode. Metode yang dipergunakan itu tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar anak didik. Pada suatu kondisi teryentu anak didik merasa bosan dengan metode veramah, disebabkan mereka harus dengan setia dan tenang mendengarkan penjelasan guru tentang suatu masalah. Kegiatan pengajarn seperti itu perlu guru alih dengan suasana yang lain, yaitu mengunakan metode Tanya jawab, diskusi atu metode penugasan, baik kelompok atau individual, sehingga kebosanan dapat terobati dan berubah menjadi suasana kegiatan pengajaran yang jauh dari kelesuan.[15]
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
evaluasi adalah suatu tindakan yang berdasarkan pertimbangan – pertimbangan yang arif dan bijaksana untuk menentukkan nilai sesuatu, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Sedangkan umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada peserta didik untuk memperbaiki atau meningkatkan pncapaian/ hasil belajarnya.
Guru dalam menilai peserta didik harus menggunakan cara/ teknik evaluasi, yaitu teknis tes dan teknik nontes. Teknik tes yang berdasarkan jenis meliputi tes penempatan, tes formatif, tes diagnostic dan tes sumatif, dan teknik tes berdasarkan bentuk meliputi tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Sedangkan teknik nontes meliputi skala bertingkat (rating scale), kuesioner, daftar cocok (check list), wawancara, observasi.
Ada beberapa teknik mendapatkan umpan balik antara lain memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan taktik alat bantu yang akseptabel, memilih bentuk motivasi yang akurat dan menggunakan metode yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, 1999, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dirman, 2014, Penelaian Dan Evaluasi, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah Bahri Syaiful,2013, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mustakin,Zaenal, 2017, Strategi dan Metode Pembelajaran, , Pekalongan: IAIN Press.
Silverius,suke, 1991, Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik, Jakarta: PT Grasindo
[1] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, cet. Ke-5, ( Pekalongan: IAIN Press, 2017), hlm.178 -179.
[2] Ibid, hlm. 190-
[3]Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik, (Jakarta: PT Grasindo, 1991), hlm.48.
[4] Zaenal Mustakim, Opcit. Hlm. 191.
[5]Daryanto, Evaluasi Pendidikan,cet. Ke -1, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm.28.
[6] Dirman, Penelaian Dan Evaluasi, cet. Ke -1,( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014), hlm. 54-55.
[7] Daryanto, op.cit,.hlm. 39-41.
[8] Dirman, op.cit., hlm.55
[9] Daryanto, op.cit., hlm. 42-44.
[10] Dirman, op.cit., hlm. 56-66.
[11] Daryanto, op.cit., hlm. 30=33.
[12] Dirman, op.cit., hlm. 65
[13] Daryanto, op.cit., hlm. 33
[14] Dirman, op.cit., hlm.65.
[15] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, cet. Ke-5, (Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm. 145-158.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dengan bijak