KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pengantar Studi Islam tentang Iman, Islam dan Ihsan tanpa ada alangan suatu apa.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini ialah untuk dapat memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam semester 2 sekolah tinggi agama islam Miftahul Huda Al-Azhar, (STAIMA), Citangkolo – Banjar. Makalah ini ditulis dan disusun berdasarkan materi semester I yang telah disampaikan oleh dosen pembimbing
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik atasbantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami mengucapkan terimakasih banyak kepada:
1. Bapak Drs. S. Sukirman PW, MM.Pd. selaku kepala DPA STAIMA wilayah Gandrungmangu.
2. Bapak Agus Rubiyanto, S.Pd.I, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan serta bimbingannya dalam penyusunan makalah ini.
3. Semua pihakyang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa maupun mahasiswi yang telah menyumbangkan gagasannya dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami berharap, dengan selesainya penyusunan makalah ini akan menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan serta kesalahan. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Gandrungmangu, 20 November 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH....................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................ 1
C. TUJUAN PENULISAN.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IMAN.......................................................................... 3
B. ISLAM.................................................................................................... 3
C. IHSAN.................................................................................................... 5
D. KORELASI ANTARA IMAN, ISLAM DAN IHSAN....................... 6
E. PERBEDAAN ANTARA IMAN, ISLAM DAN IHSAN................... 7
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................... 8
B. SARAN.................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.
Adapun pengertian iman secara khusus sebagaimana yang tertera dalam hadis di atas ialah keyakinan tentang adanya Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rasul-rasul utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam kubur.
Sedangkan Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran, yaitu:“Wa radhitu lakum al-Islama dinan”artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam sebagai Agama”. Dan “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”.
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah SWT. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah SWT. Rasulullah SAWsangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.
B. Rumusan Masalah
1. ApakahPengertian Iman?
2. ApakahPengertian Islam?
3. ApakahPengertian Ihsan?
4. Bagaimanakah Korelasi Iman, Islam, dan Ihsan?
5. Apakah Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Fiqih semester I STAIMA – Banjar, yang dibina oleh bapak Agus Rubiyanto, S.Pd.I, MM
- Mengetahui pengertian dari Iman
- Mengetahui pengertian dari Islam
- Mengetahui pengertian dari Ihsan
- Memahami korelasi Iman, Islam, dan Ihsan?
- Mengetahui perbedaan-perbedaan antara Iman, Islam dan Ihsan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaertian Iman
Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati; pembenaran hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang dibenarkan oleh hati.
Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.
Adapun pengertian iman secara khusus sebagaimana yang tertera dalam hadis di atas ialah keyakinan tentang adanya Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rasul-rasul utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam kubur.[1]
Dalam hadis lain, yang senada dengan hadis di atas yang diriwayatkan oleh Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi, selain menyebutkan kelima hal di atas sebagai kriteria iman, terdapat tambahan satu kriteria yaitu: beriman kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk.
Mengenai objek iman, yaitu beriman adanya qodlo dan qodar, baik maupun buruk. Wal hashil, dari sinilah para ulama’ menyimpulkan bahwa rukun iman ada enam, yang mana setiap mu’min wajib mempercayainya untuk menyandang sebuah titel mu’minnya. yakni :
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat Allah
3. Iman kepada rasul Allah
4. Iman kepada kitab-kitab Allah
5. Iman kepada hari akhir (kiamat)
6. Iman kepada qodo’ dan qobar Allah, baik maupun buruk keberadaannya.
B. Islam
Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran, yaitu:
1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam sebagai Agama”.
2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”.[2]
Berdasarkan 2 (dua) surah tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia yang memeluk agama tersebut.
Ada beberapa pengertian Islam[3], yaitu:
1. Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri.
- Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri dan kepatuhan.
- Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar yaitu berasal dari kata kerja.
Kata kerja asalnya ialah:
1. Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia dalam berhadapan dengan Tuhannya mengakui akan kelemahannya dan mengakui kemutlakan kekuasaan Tuhan. Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia yang berujud menghasilkan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan tetapi kalau dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan tidak ada artinya.
2. Salima berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan yaitu menyelamatkan, menentramkan dan mngamankan orang lain baik dari kata-kata maupun perbuatannya.
3. Salama yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan diri sendiri,
Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan adanya 3 aspek, yaitu:
1. Aspek vertikal
Aspek vertikal mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia dengan Tuhannya). Dalam hal ini manusia bersikap berserah diri pada Allah.
2. Aspek horisontal
Aspek horisontak mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Islam menghendaki agar manusia yang satu menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan manusia yang lain.
3. Aspek batiniah
Aspek batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan mental.
C. Ihsan
Ihsan berasal dari kata حَسُنَ yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah اِحْسَانْ, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an Surat Al-Isra ayat ;7 :
Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”. (Q.S : Al-Isra : 7)
Dan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat ke 77, Allah SWT berfirman :
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al-Qashash:77)
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.
D. Korelasi antara Iman, Islam dan Ihsan
Diatas telah dibahas tentang ketiga hal tersebut, disini, akan dibahas hubungan timbal balik antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal, bila diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong, lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat tidak tersalurkan, puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga pada tipisnya iman.
Iman, Islam dan Ihsan hubungannya sendiri sangat erat. Sebagaimana dalam hadits nabi SAW yang artinya: “Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudia dia berkata, “anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan“. Lalu beliau bersabda, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakanakan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya". Dia berkata,“Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda, “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wasallam) bertanya,“Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. Aku berkata,“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian“. (Riwayat Muslim)[4]
Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di penghujung hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang disampaikan oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din (baca: agama Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi Islam dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan, dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi.
Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah SWT.
E. Perbedaan antara Iman, Islam dan Ihsan
Antara iman,islam dan ihsan di samping saling berhubungan,juga terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara ketiganya.
1. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati.
2. Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal.
3. Ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Berbagai Pembahasan diatas kami simpulkan bahwa.
1. Iman, islam dan ihsan merupakan tripologi agam islam diman sesuai dengan hadits nabi diatas.
2. Iman, islam dan ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah
3. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal, ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri
B. Saran
1. Sebagai umat muslim kita harus mengetahui tentang Iman, Islam dan Ihsan
2. Daam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan maka dar itu kami moon kritik dan saran yang membangun..
DAFTAR PUSTAKA
DR. MUH. Mu’inudillah Basri, Maerwandi Tarmizi. MUHYIDDIN YAHYA BIN SYARAF NAWAWI, 2010. Ebook. Islamhouse.com
Muhammad Bin Abdul Wahab. TIGA LANDASAN UTAMA. 2007. Ebook islamhose.com
Muhammad bin Sholeh Al-Ustaimin. PRINSIP-PRINSIP DASAR KEIMANAN. 2007. Ebook islamhose.com
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. MINHAJUL MUSLIM. Penerbit Insan Kamil, Kertosuro. 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dengan bijak