VARIASI DAN GAYA MENGAJAR
“MACAM GAYA MENGAJAR”
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat serta hidyahnya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Macam-macam Gaya Mengajar”. Sholawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada Nabi Agung Muhammad saw, yang telah mengantarkan umatnya dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen mata kuliah Strategi Belajar Mengajar, Muhammad Ghufron, M.S.I yang telah membimbing saya dalam belajar. Keluarga dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung saya hingga terselesaikannya makalah ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai karakter Allah sebagai pendiddik. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dimakalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, sya berharap adanya kritik saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Semoga, makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurng berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari bapak dosen dan para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapt bermanfaat bagi semua pihak , khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah Swt meridhoi dan dicatat sebgai ibadah di sisi-Nya. Aamiin.
Pekalongan, November 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. TEMA :
Variasi dan Gaya Mengajar
B. B. Sub Tema
Macam Gaya Mengajar
C. Penting di Kaji
Dalam proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah didalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen tersebut adalah guru, isi, atau materi pengajaran dan siswa. Mengajar pada hakikatnya bermaksud mengantarkan siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam praktek, prilaku, mengajar yang dipertunjukan guru sangat beraneka ragam, meskipun maksudnya sama. Aneka ragam perilaku gurumengajar ini bila ditelusuri akan di peroleh gambaran tentang pola umum interaksi antara guru, isi atau bahan pelajaran dan siswa. Gaya mengajar seorang guru berbeda antara yang satu dengan yang lain pada saat proses belajar mengajar walaupun mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan, membentuk sikap siswa, dan menjadikan siswa terampil dalam berkaya. Gaya mengajar guru juga mencerminkan kepribadian guru itu sendiri dan sulit untuk diubah karena sudah menjadi bawaan dari kecil atau sejak lahir. Dengan demikian gaya mengajar guru menjadikan factor penting dalam menentukan keberhasilan prestasi siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu, rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti, membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Bohar Suharto (1992) mendefisikan , mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yeng menyenangkan. Atau dengan bahasan lain, Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta ada dalam hubungan social tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia.[1]
Mengajar dapat pula di artikan proses membantu seorang atau kelompok melakukan kegiatan belajar sehingga proses belajar dapat berlangsung efektif[2]
B. Gaya Mengajar
Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun sikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya mengajar yang bersifat sikologis adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar.[3]
C. Macam Macam Gaya Mengajar
Banyak guru menggambarkan gaya penganjaran yang bervariasi dari segi deskriptif dan beragam makna. Guru harus mengembangkan gaya dan teknik pengajaran berdasarkan karakter fisik dan mental mereka sendiri. Iklim sosial, psikolog, pendidikan di kelas dan sekolah juga memiliki sesuatu untuk menentukan gaya mengajar. Gaya guru adalah masalah pilihan dan kenyamanan dan apa yang berhasil dengan seorang guru tidak selalu berhasil atau sesuai dengan guru lain. Tidak ada jenis guru atau gaya guru ideal, dan tidak ada lembaga pendidikan harus memaksakan hal tersebut kepada seorang staf atau pendidik yang ada di dalamnya.[4]
Hermawan dkk, (2007:58) mengelompokan gaya guru yang di terapkan dalam proses pembelajaran menjadi empat yang diturunkan dari aliran pendidikan, yaitu gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional.
1. Gaya Mengajar Klasik
Guru dengan mengajar klasik masih menerapkan konsepsi sebagai satu-satan berbagai cara belajar dengan berbagai konsekuensi yang di terimanya. Guru masih mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk aktif, sehingga akan menghambat perkembangan siswa dalam proses pembelajara. Gaya mengajar klasik tidak sepenuhnya disalahkan saat kondisi kelas yang mayoritas siswanya pasif. Dalam pembelajaran klasik, peran guru sangat domina, karena dia harus, menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus ahli (expert) dalam bidang pelajaran yang diampunya. Dalam model pembelajaran seperti ini, siswa cenderng bersikap pasif ( hanya menerima materi pembelajaran).[5]
Namun demikian, gaya mengajar seperti ini sudah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran sekarang yang sudah bergeser dari paradigma pendekatan teacher-centered menjadi student-centered. Pergeseran paragdima ini disebabkan oleh berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dengan bantuan teknologi canggih. Adapun ciri-ciri gaya mengajar klasik dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Materi pembelajaran berupa sejumlah informasi dan ide yang sudah populer dan diketahui peserta didik, bersifat objektif, jelas, sistematis dan logis;
b. Proses penyampaian materi mengandung nilai-nilai lama dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya yang bersifat memelihara, tidak didasarkan pada minat peserta didik, hanya didasarkan pada urutan tertentu;
c. Peran peserta didik pasif, hanya diberi pelajaran untuk didengarkan; dan
d. Guru berperan sangat dominan, hanya menyampaikan materi pembelajaran, otomatis, tetapi benar-benar menguasai materi yang diajarkan.[6]
2. Gaya Mengajar Teknologis
Gaya yang menerapkan gaya mengajar teknologis sering menjadi bahan perbincangan yang tidak pernah selesai. Argumentasinya bahwa setiap guru dengan gaya mengajar tersebut mempunyai watak yang berbeda-beda : kaku, keras , moderat, dan fleksibel. Gaya mengajar teknologi ini mensyaratkan seoramg guru untuk berpegang pada berbagai sumber mediayang tersedia. Guru mengajar dengan memerhatikan kesiapan siswa dan selalu memberikan stimulan untuk mampu menjawab segala persoalan yang dihadapi. Guru member kesempatan kepada siswa untuk mempelajari pengetahuan yang sesuai dengan minat masing-masing sehingga dapat memberi manfaat pada diri siswa.[7]
Dengan kebebasan peserta didik untuk memilih mata pelajaran dan di perkenankan menggunakan seperangkat media yang tersedia, hal ini bukan mengurangi peran guru, melainkan guru seharusnya terus memanta perkembangan belajar peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik dapat di peroleh secara maksimal. Lebih lanjut lagi, gaya mengajar teknologis mempunyai karakter sebagai berikut :
a. Materi pembelajaran terprogram sedemikian rupa dalam perangkat lunak (software)dan keras (hadware) yang ditekankan pada kompetensi peserta didik secara individu, disusun oleh ahlinya masing-masing, terkait dengan data objektif dan keterampilan peserta didik untuk menunjang kompetensinya;
b. Materi pembelajaran disampaikan sesuai dengan tingkat kesiapan peserta didik dan dengan memberi stimulan pada peserta didik untuk dijawab.
c. Peran peserta didik ialah mempelajari apa yang dapat member manfaat pada dirinya, belajar dengan menggunakan media secukupnya, dan merespon apa yang diajukan kepadanya dengan bantuan media; dan
d. Peran guru adalah sebagai pemandu (membimbin peserta didik dalam proses pembelajaran), pengaruh (member petunjuk kepada peserta didikdalam proses pembelajaran), dan fasilitator (memberi kemudahan kepada peserta didik dakam proses pembelajaran).[8]
3. Gaya Mengajar Personalisasi
Pembelajaran personalisai dilakukan berdasarkan atas minat pengalaman dan pola perkembangan mental siswa. Dominasi pembelajaran ditangan siswa, dimana siswa dipandang sebagai suatu pribadi. Guru yang menerangkan gaya mengajar personalisasi menjadi salah satu kunci keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa. Guru tidak hanya memberikan materi pelajaran untuk membuat siswa lebih pandai, Melainkan agar siswa menjadikan dirinya lebih pandai. Guru dengan mengajar personalisai ini akan selalu meningkatkan belajar siswa dari senantiasa memandang siswa seperti dirinya sendiri. Guru tidak dapat memaksakan siswa untuk menjadi sama dengan gurunya, karena siswa tersebut mempunyai minat, bakat, dan kecenderungan masing-masing.[9]Jadi, dalam gaya mengajar ini, peserta didik di pandang sebagai seorang pribadi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Disinilah, guru inisiator selalu memposisikan dirinya sebagai mitra belajar peserta didik dengan memberikan bantuan atas perkembangan peserta didik dalam berbagai aspek. Adapun cirri-ciri gaya mengajar personalisai adalah sebagai berikut :
a. Materi pembelajaran disusun secara situasional sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik ;
b. Materi pembelajaran disampaikan sesuai dengan perkembangan mental, emosional, dan kecerdasan peserta didik;
c. Peserta didik berperan dominan dan dipandang sebagai suatu pribadi;dan
d. Guru berperan untuk membantu perkembangan peserta didik melalui pengalaman belajar, fungsi sebagai psikologi, penguasaan metodologi pembelajaran, dan fungsi sebagai narasumber.[10]
4. Gaya Mengajar Interaksional
pembelajaran intraksional, peran guru sangat dominan guru dan siswa berupaya memodifikasi berbagai idea tau ilmu yang dipelajari untuk mencari bentuk baru berdasarkan kajian yang dipelajari. Guru dengan gaya mengajar interaksional lebih mengedepankan dialog dengan siswa sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Guru guru dengan siswa atau siswa dengan siswa saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subjek pembelajaran, dan tidak ada yang dianggap paling baik atau paling jelek.[11]
Guru insiator tentunya cenderung berpola piker untuk menjadi guru yang bergaya interaksional. Guru dalam pengajaran interaksional senantiasa mengedepankan pendekatan dialogis dengan peserta didiknya sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Guru dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik lainnya saling ketergantunagan. Hal ini mengindikasikan guru dan peserta didik sama-sama menjadi subjek pembelajaran, dan tidak ada yang dianggap sebagai yang paling baik atau sebaliknya paling buruk. Gaya mengajar interaksional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Materi pembelajaran berupa masalah-masalah situasional yang bersifat sosio-kultural dan kontemporer;
b. Materi pembelajaran disampaikan dengan dua arah, yakni menggunakan pendekatan dialogis atau Tanya jawab antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik satu dengan peserta didik lainya;
c. Peserta didik berperan dominan dalam mengemukakan pandangannya tentang realita, mendengarkan pendapat temannya, serta memodifikasi berbagai ide untuk mencari bentuk baru yang lebih tajam dan valid; dan
d. Guru berperan dominan dalam menciptakan iklim belajar yang saling ketergantungan, dan bersama peserta didik memodifikasi berbagai idea atau pengetahuan untuk mencari bentuk baru yang lebih actual dan terpercaya.[12]
BAB III
PENUTUPAN
A. SIMPULAN
Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Terdapat empat macam gaya dalam mengajar yaitu: gaya mengajar klasik, gaya mengajar teknologis, gaya mengajar personalisasi, dan gaya mengajar interaksional.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat, penulis banyak berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnaya makalah ini dan penulisan makalah-makalah berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umunya
DAFTAR PUSTAKA
Mustakim, Zaenal. 2011. Strategi dan Metode Pembelajaran, Pekalongan : Stain Pekalongan Press.
Mustakim, Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran, Pekalongan : Stain Pekalongan Press.
Fathurrahman, pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar, Bandung : PT Refika Aditama.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. 2013. Media Pembelajaran, Bogor : Ghalia Indonesia.
[1]Pupuh Fathurroman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung, PT Refika Aditama, 2007), hlm. 7-8
[2]Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran, (Bogor,Ghalia Indonesia,2013), hlm. 5
[3]Zaenal Mustakim, strategi dan metode pembelajaran, cet ke-2, (pekalonagan: STAIN pekalongan Press,2009),hlm. 31
[4]Abdul majid,Strategi Pembelajaran,cet Ke-2( Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2013),hlm, 277
[5]Ibid.,hlm. 279
[6]Zaenal Mustakim, strategi dan metode pembelajaran, cet ke-5, (pekalonagan: STAIN pekalongan Press,2017),hlm. 239
[7]Abdul Majid, op.cit.,hlm. 279-280
[8]Zaenal Mustakim,op.cit.,cet Ke-5, hlm. 240-241
[9]Abdul Majid,op.cit.,hlm. 280
[10]Zaenal Mustakim,loc.cit., cet Ke-5, hlm. 241
[11]Abdul Majid,op.cit.,hlm. 280
[12]Zaenal Mustakim,op.cit., cet Ke-5, hlm. 242
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dengan bijak